Indonesia Darurat Dinasti Politik, Kabupaten Solok Termasuk

Oleh Labai Korok

Dinasti politik dalam Pilkada menjamur termasuk Sumatera Barat, terkhusus Kabupaten Solok, menurut Indonesia Corruption Watch atau ICW menyoroti calon kepala dan wakil daerah di Pilkada serentak 2024 yang terindikasi terafiliasi dinasti politik.

Peneliti ICW Yassar Aulia mengatakan Sebanyak 605 kandidat dengan latar belakang politisi dinasti ikut dalam kontestasi Pilkada 2024. Sebanyak 384 kandidat dinasti mencalonkan diri sebagai kepala daerah di tingkat provinsi dan kotamadya atau kabupaten.

Kemudian, 221 kandidat lainnya mencalonkan diri sebagai wakil kepala daerah. Sementara, jumlah total pasangan calon yang maju dalam Pilkada Serentak 2024 adalah 1.553 pasangan calon atau sebanyak 3.106 orang. Artinya, persentase politisi dinasti dari angka itu adalah 19,5 persen.

Dalam catatan dan bacaan Penulis penyebab terjadinya dinasti politik di Kita ini adalah pencalonan di tingkat partai yang tidak transparan sehingga tidak jelas apa alasan partai memberikan rekomendasi terhadap anggota keluarga dari kepala daerah tertentu. 

Lalu tiba-tiba yang dapat rekomendasi anak dari Bupati A saja. Dalam kebanyakan kasus, partai politik tidak transparan dalam proses pencalonan.

Melihat situasi ini, maka bisa disimpulkan ruang politik Indonesia makin menyempit dan menguntungkan kandidat dengan latar belakang darah biru. 

Penyebab berikutnya tumbuhnya dinastik politik itu biaya politik yang mahal. Ini menguntungkan pada politisi incumbent atau pejabat yang berada di struktur partai politik di tingkat lokal. Sehingga mereka punya previlleged untuk memajukan anggota keluarganya. Sedangkan, kebanyakan masyarakat yang punya aspirasi dan mau maju, ini biayanya sangat mahal.

Terakhir alasan yang menjadi pemicu kandidat dari latar belakang dinasti politik meningkat pesat pada Pilkada 2024. Karena banyak daerah yang sudah dipimpin oleh kepala daerah selama dua periode. Mereka yang masih bertahan untuk mempromosikan anggota keluarganya untuk menggantikan dia atau bisa dikader dulu.

Trennya calon penggantinya ini dijadikan wakil bupati atau wakil wali kota dulu, sebelum nanti di Pilkada 2029 atau 2034 projection-nya mereka naik jadi kepala daerah, keasus ini sama mulyono memajukan fufufafa direpublik ini.

Semua orang akan khawatir tren ini dapat meningkat di pilkada selanjutnya. apabila itu terjadi, maka pemilihan calon pemimpin di Indonesia akan menyerupai kondisi di Filipina yang setiap gubernurnya merupakan bagian dari politik dinasti. 

Dari 605 kandidat dengan latar belakang politik dinasti, sebanyak 441 di antaranya laki-laki. Sisa 164 kandidat lainnya perempuan. 

Dalam pandangan ICW yang pemulis kutib kandidat perempuan dari latar belakang dinasti politik selalu disorot seperti Sumatera Barat di Pilkada Solok dimana istri Bupati dimajukan suaminya.

Sebab maju perempuan yang sebelumnya suaminya, dianggap kandidat boneka dan sengaja dipasang oleh kerabat laki-laki untuk pilkada ini.

Maka Penulis meyakini jika orang minang cerdas maka yang akan terpilih nanti adalah Jon Fandu dengan Ustad Chandra yang refrestatif politisi dan aktivis

Saat ini Penulis menghimbaw agar masyarakat jangan memilih calon yang ada ikatan dinasti yatiu suaminya Bupati lalu istrinya sekarang jadi pengganti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *