Oleh Labai Korok
Secara teori pertahana itu tidak pernah kalah karena mereka telah kampanye selama masa jabatan melekat, sepertinya sekarang pertahan ini sudah bertambah rukun imannya (maaf) satu lagi “yaitu percaya akan survei” akhirnya mengalami kekalahan.
Secara teori keyakinan terhadap survei itu hal wajar karena selama ini survei selalu menuntun peluang menang itu tinggi, namun petahana lupa bahwa ada lebih kurang 35% pemilih di kabupaten/kota jika dikasih uang, sembako akan berubah pilihannya.
Nah angka lebih kurang 35% pemilih suka money politik ini yang hari ini menang Pilkada dibeberapa kabupaten dan kota di Sumatera Barat ini. Boleh diteliti secara keilmuaan.
Kebiasaan pertahana melihat survei tinggi akhirnya menahan logistik alias menahan dana keluar, apalagi petahana yang logistiknya dipegang oleh istri, tentu akan rumit keluarnya.
Andaikan pertahana memaksa logistik dalam bentuk dana dikeluarkan maka istrinya akan curiga, kemana uang itu akan dipakai sedangkan hasil survey sudah menang.
Seandainya adapun logistik dana dipegang pertahan karena hasil survei tinggi sehingga yang bersangkutan ugalan-ugalan dengan mempercayakan aliran logiatik mengalir bantuan dari loyalisnya yang ada di lingkaran pemerintah atau mengharapkan wakil yang membiayai, keadaan ini dipastikan logistik tak mengalir (urang lah bii cadiak).
Kekalahan petahana mayoritas dikabupaten dan kota se-Sumbar ini dikarenakan logistiknya tidak turun, petahana menahan dananya turun.
Penulis menganalisa yang menang Pilkada sekarang adalah yang royal mengucurkan logistik (money, sembako) sesuai dengan lebih kurang 35% pemilih akan hadir ke TPS jika dikasih uang.
Ambil contoh pemilih Kota Padang sebanyak 665, 488, sesuai hasil survei lebih kurang 35% pemilih suka money pilitik, berarti total 235.000 pemilih. Jika calon Walikota menyiram pemilih sebesar Rp. 200.000,00 dengan logistik kepada 235.000 pemilih ini, sudah menang calon itu.
Sekarang lihat partisipasi pemilih Pilkada 2024 ini di Kota Padang hanya lebih kurang 48%, maka yang menang di Padang ini yang masif turun logistik ketengah warga Padang.
Keadaan Pilkada di Kota Padang, begitu juga keadaanya di Kota/Kabupaten yang lain, tolak ukurnya seperti kota pemilihnya kecil, dikondiskan saja logistik 20.000 target suara dikali Rp. 200.000.00 untuk pemilih, sudah menang tu kawan.
Akhirnya di Kota Payakumbuh hilang teori orang koto nan ampek, orang koto nan gadang dipastikan menang Pilkada karena putra asli yang pemilihnya menang, ternyata walikota dan wakil walikota kesemuanya urang sumando.
Bersambung